Tantangan Keluarga Sakinah di Era Digital Semakin Kompleks
Bogor, bimasislam—Tantangan Keluarga Sakinah yang dipercaya melahirkan generasi berkualitas semakin kompleks. Pendidikan dan perhatian kepada anak menjadi lebih sulit di era digital dimana anak sudah begitu akrab dengan internet, khususnya media sosial. Hal tersebut disampaikan Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Rahmi Dahlan, dalam Seminar Keluarga Sakinah dengan tema “Mengelola Dampak Media pada Anak dan Remaja”, di Club House Holcim, Bogor, Jawa Barat (2/6)
Menurut Rahmi, banyak orang tua dari keluarga yang dikenal sebagai keluarga sakinah yang diteladani masyarakat, merasa dilematis ketika harus memperkenalkan anaknya pada dunia internet. Di satu sisi, anak-anak dituntut terampil dalam mengakses teknologi dan pengetahuan yang mudah diakses dari internet,. namun dengan sebab serupa anak juga terlampau mudah terkena dampak buruk media, terutama pornografi.
Hal ini menuntut orang tua untuk lebih cerdas dan berpacu dengan teknologi. Orang tua harus menilai ulang pola pengasuhan terhadap anak, meningkatkan kewaspadaan, merubah pola komunikasi terutama jika komunikasi orang tua terhadap anak selama ini terkesan “doktriner” kepada komunikasi yang lebih “mengobrol” dari hati ke hati. Orang tua juga perlu melibatkan anak dalam banyak kerjasama dalam kehidupan di keluarga.
Rahmi mengingatkan bahwa tidak sedikit anak-anak dan remaja yang berkenalan dengan teman baru di dunia maya, kemudian menjadi korban tindak kriminal. Rasa terpukul dalam hal ini akan menjadi bertambah, jika keluarga yang menjadi korban tersebut dikenal sebagai keluarga sakinah di masyarakat. Sanksi sosial dari masyarakat akan lebih keras dibanding jika hal tersebut terjadi pada keluarga lain.
Psikolog yang juga aktif sebagai trainer ini memberikan kiat untuk menjaga kesakinahan keluarga di era digital, terutama pada pendidikan anak: Orang tua jangan hanya terfokus pada prestasi akademik semata; Orang tua perlu aktif dalam menggunakan teknologi dan media; Kemunikasi dan disiplin di keluarga hendaknya dibangun dengan kasih sayang; Memperkuat “kehadiran”Allah dalam diri anak, khususnya berbicara mengenai penjagaan kesucian sampai menikah; Membangun daya berfikir kritis dalam diri anak; Memberikan konsep “harga diri” dan kehormatan; Membangun sikap mandiri namun bertanggungjawab; Jangan melupakan doa yang tidak terputus-putus untuk anak.(Ska/foto: Kompasiana)
0 komentar:
Posting Komentar