.:: SELAMAT DATANG DI WEBSITE KUA UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG::. .::MOHON DOA RESTU ATAS PARTISIPASI KUA UNGARAN BARAT DALAM LOMBA KUA PERCONTOHAN TINGKAT PROVINSI TAHUN 2013::. .:: MENCARI DATA DALAM DATABASE CATATAN NIKAH, BISA DENGAN CARA DOWNLOAD DOKUMEN (.PDF)KEMUDIAN CARI DENGAN "CTRL - F" ::.

BERBAGI




Sepasang suami istri yang berusia lanjut, suatu kali mengunjungi kantor pusat untuk bernostalgia tentang suka duka ketika mereka masih aktif bekerja dahulu. Kesempatan bernostalgia ini rupanya dimanfaatkan mereka untuk menikmati sop buntut yang tersohor di kantin, dalam kantor pusat tersebut. Kebetulan, ketika itu jam makan siang sehingga banyak pegawai yang santap siang di sana.

Suami istri ini lalu masuk antrean untuk memesan sop buntut. Mereka memesan satu porsi sop buntut beserta nasinya, dan dua gelas es teh manis serta sebuah piring kosong dan mangkuk. Semua yang melihat mereka heran. Sepasang suami istri ini hanya memesan satu porsi. Bahkan, beberapa pegawai lain iba melihat betapa menderitanya nasib pensiunan ini sehingga untuk makan siang di kantin saja hanya memesan satu porsi. Sang suami lalu membagi nasi menjadi dua bagian, demikian pula sop buntutnya. Satu bagian untuk dirinya dan bagian lain diserahkan kepada istrinya. Mulailah mereka makan. Namun, yang makan adalah suami dulu, sementara sang istri dengan tersenyum menunggu dan menatap kekasihnya makan.

Seorang pegawai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju meja mereka. Dengan rasa iba pegawai ini menawarkan kepada pasangan suami istri ini satu porsi lagi sop buntut gratis, ia yang mentraktir. Dia merasa tidak tahan melihat  sepasang suami istri ini, sementara ia sendiri hidup berkecukupan. Namun, tawaran pegawai ini ditolak secara halus sambil tersenyum oleh pasangan ini dengan menggunakan bahasa isyarat.

Sang suami pun kembali melanjutkan santap siangnya, sementara sang istri hanya menatap sambil tersenyum hingga sop buntut bagiannya menjadi dingin. Setelah beberapa lama, kembali si pegawai yang berkecukupan gelisah melihat tingkah pasangan ini. Sang istri ternyata tidak makan, hanya menunggu sang suami makan. Betapa cintanya sang istri kepada suami hingga rela berkorban menunggu sang suami selesai makan.

Kembali, pegawai tadi dengan rasa penasaran mendatangi sang ibu dan bertanya, "Ibu, saya melihat Ibu hanya menunggu bapak makan semen­tara Ibu sendiri tidak makan. Kalau boleh tahu, apakah yang ibu tunggu?" Dengan tersenyum sang ibu menjawab, "Yang saya tunggu adalah gigi, sementara ini masih dipakai Bapak!".




0 komentar:

Posting Komentar

Dari Mereka Kita Belajar Ikhlas


Jaja Zarkasyi, MA
Jika kita melewati Taman Suropati Jakarta Pusat, di sana tampak suasana rindang dan nyaman. Banyak yang berkunjung ke taman ini untuk sekedar berolah raga, bersantai atau bahkan bermain musik. Rindangnya pepohonan menjadi daya tarik tersendiri, selain suasana yang asyik untuk melepas penat.
Bukan rindangnya pepohonan yang menjadi pusat perhatian saya. Sosok-sosok tua yang istiqomah mengayuhkan sapu lidi membersihkan dedaunan yang terjatuh dari pepohonan. Usia mereka sudah cukup renta, atau setidaknya tidak lagi sekuat para kuli panggul di pasar Kramat Jati. Bahkan ada diantara mereka yang sudah berjalan sedikit goyah, menandakan usia yang sudah melewati batas bagi pekerja di ibu kota.
Saya langsung teringat ayah dan ibu. Bagaimana jika itu adalah ayah atau kerabatku? tegakah kubiarkan mereka terbunuh debu knalpot kendaraan dan udara yang menusuk kulit yang mulai rapuh. Ditambah luasnya area taman dan sikap acuh pengunjung yang membuang sampah sembarangan, tentu sudah menjadi pemandangan bagi mereka. Ironi, di saat orang seusia mereka harusnya berada di rumah menimang cucu dan menikmati kehidupan, justru berjuang mengais rizki sekedar mengisi perut, dan sisanya dikirim ke kampung.
Pemandangan Jakarta banyak menyuguhkan beragam ironi dan drama kehidupan yang tak jarang menguras emosi. Bukan hanya mereka yang menjadi tukang sapu di Taman Suropati, masih banyak para lelaki tua dan bahkan renta harus berjuang mengais rizki. Mereka terjun demi menghidupi kebutuhan hidup, bahkan masih memiliki tanggungan di kampungnya.
Ikhlas. Itulah kata yang pernah terdengar saat saya bertanya kepada kakek penyapu taman Suropati. Mbah, begitu orang-orang memanggilnya, menjalankan rutinitasnya dengan penuh kikhlasan. Setidaknya hal itu dapat saya saksikan dengan  kesabarannya mengumpulkan dedaunan. Dedaunan yang terkumpul lalu dimasukan kedalam karung. Tak jarang dedaunan yang telah terkumpul terbang dan berserakan akibat sabetan angin dari kendaraan yang lewat. Dan si Mbah pun kembali mengumpulkannya dengan penuh ketelatenan.
Mbah berbagi kisah sederhana dengan saya tentang arti keikhlasan.  Mbah tidak pernah merasa rendah diri dengan pekerjaannya ini. Begitupun, ia tak pernah iri melihat orang seusianya menghabiskan waktu bercengkrama dengan keluarga, dan sesekali berolah raga di Taman Suropati. Biarlah. Inilah kisahku, dan mereka juga menjalani kisahnya juga. Kisahku bukanlah untuk disandingkan dengan kisahmu, karena kita ditakdirkan dalam permainan hidup yang berbeda. Dan karena berbeda itulah kita saling berbagi kisah dan pengalaman, setidaknya menjadi cermin hidup yang tak hanya berwajah yang satu. Begitulah penuturan Mbah yang sangat sederhana, namun sulit untuk dipahami.
Kisah si Mbah penyapu Taman Suropati ini mungkin sederhana. Namun jika kita perdalam lagi, terdapat mutiara kehidupan yang ia ajarkan kepada kita yang “katanya” lebih beruntung.
Mutiara pertama adalah sikap syukur dengan apa yang dijalani. Menikmati peran yang tengah dihadapi, apapun warna dan resikonya, itulah bagian dari sikap syukur. Jika kita pandai bersyukur, sesungguhnya tidak ada yang dapat dipandang lebih hina atau kurang terhormat dengan sebuah pekerjaan, selama pekerjaan tersebut halal dan tidak merugikan orang lain. Justru, spirit syukur telah mendorong seseorang untuk bekerja penuh dedikasi sehingga tugas dapat ditunaikan dengan baik.
Mutiara kedua adalah sikap ikhlas menjalani cerita hidup, karena memang setiap kita menempati peran dan tempat yang berbeda di kehidupan ini. Justru, perbedaan inilah yang menjadikan kehidupan ini saling mewarnai dan melengkapi. Perbedaan bukanlah isyarat Tuhan telah berpilih kasih. Mbah begitu ikhlas menjalani perannya sebagai penyapu walau usia tak lagi muda. Ia tidak pernah mengeluh menjalani usia senja di jalanan, sementara banyak orang seusianya asyik bersantai ria bersama anak dan cucu. Mbah pun punya cara tersendiri untuk tetap tersenyum, bahagia dan bermimpi.
Inilah kehidupan. Menyuguhkan beragam peran dari masing-masing kita. Dan peran-peran tersebut tak mungkin melahirkan makna jika tidak dijalani penuh dengan rasa syukur dan ikhlas. Karena syukur dan ikhlas akan menjaga kita dari sikap putus asa dan merasa rendah diri. Justru, keduanya akan mengantarkan kita kepada derajat mulia sebagai makhluk Tuhan.
Dan pelajaran ikhlas itu tak selalu kita dapatkan dari ayat yang tertulis, melainkan dari kisah orang-orang yang mendedikasikan hidup untuk dirinya dan orang lain. Wallahu a’lam bishshowab.

0 komentar:

Posting Komentar

Penyuluh Agama Islam (PAI) Perlu Menjangkau Anak-anak Jalanan


Jakarta, bimasislam— Keberadaan anak jalanan bukan hanya tanggungjawab Kementerian Sosial. Penyuluh Agama Islam yang berada di lingkungan Bimas Islam, Kementerian Agama, juga memiliki tanggungjawab untuk memberikan bimbingan keagamaan kepada anak-anak jalanan. Kartika Oktavia, Aktivis Komunitas Peduli Anak Jalanan (KOPAJA), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yangconcern pada pemberdayaan anak-anak jalanan, ketika dihubungibimasislam (20/05) menyampaikan bahwa anak-anak jalanan membutuhkan bimbingan penyuluh agama secara khusus, mengingat angka putus sekolah di kalangan anak jalanan amat tinggi. Secara otomatis, menurutnya, hal ini menyebabkan pendidikan agama yang semestinya mereka dapatkan di sekolah menjadi nihil.
Menurut aktivis pemberdayaan Anak Jalanan yang berpusat di Palmerah, Jakarta Barat ini, meski anak-anak jalanan tidak memiliki pendidikan formal, mereka harus tetap memiliki fondasi agama yang  kokoh agar tetap memiliki akhlak yang baik dan bermoral santun, mengingat kehidupan keras yang mereka alami di jalanan kerap mendistorsi akhlak mereka, tegasnya.
Senada dengan Kartika, Karina, aktivis Yayasan Alang-Alang yang memberdayakan anak-anak jalanan di Ciawi mengatakan bahwa kebutuhan akan penyuluh agama menjadi penting bagi anak-anak jalanan karena pembinaan keagamaan berperan besar dalam membangun karakter. “Peran pembinaan agama bagi pembangunan karakter adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dibantah. Oleh karena itu, pembinaan keagamaan bagi anak-anak jalanan diperlukan agar keseharian mereka mencerminkan nilai-nilai agama secara baik.” tandasnya.  (Ska/foto:Kopaja)

0 komentar:

Posting Komentar

Tingkatkan Integritas Pegawai untuk Mendukung Reformasi Birokrasi


Jakarta, bimasislam— Sejalan dengan semangat reformasi birokrasi, jajaran Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam diminta meningkatkan integritas, salah satunya dengan meningkatkan profesionalisme, yaitu bekerja sesuai dengan keahlian, sesuai dengan tugas dan fungsi, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan sesuai dengan norma-norma. Integritas inilah yang menjadi ruh pelaksanaan reformasi birokrasi menuju Indonesia sejahtera.
Hal ini disampaikan oleh Dirjen Bimas Islam, Prof. Dr. Abdul Djamil, MA, dalam sambutannya pada penandatanganan Pakta Integritas pegawai Ditjen Bimas Islam dan penyerahan DIPA, Rabu (22/5) bertempat di lantai III Gedung Kemenag Jl. MH. Thamrin Jakarta. Hadir dalam kesempatan ini para pejabat eselon II, III dan IV serta seluruh karyawan Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam.
Abdul Djamil menegaskan, ruh reformasi birokrasi adalah pelaksanaan anggaran yang transparan, akuntabel dan profesional. Sebagai penjabarannya, seluruh satker Bimas Islam dalam pelaksanaan anggaran harus tunduk dan patuh pada ketentuan yang berlaku dan menghindari hal-hal yang potensial memunculkan pelanggaran.
“Mari kita ciptakan birokrasi yang bersih, sehat dan profesional. Kita jalankan semuanya sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku”, tegasnya.
Di sisi lain, sebagai satker yang membawahi pembinaan masyarakat Islam, menjadikan Bimas Islam berada dalam posisi terdepan dalam pembangunan nasional bidang agama. Hal ini menghadirkan tantangan serius kepada Bimas Islam untuk lebih proaktif, kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan program dan kegiatan, mengingat problematika keumatan semakin variatif dan rumit.
“Wilayah kerja Bimas Islam itu sangat luas. Kita harus benar-benar memastikan capaian kinerja dapat kita capai sehingga umat benar-benar terlayani dengan baik”, pungkasnya.
Penandatangan pakta integritas sendiri dilakukan oleh perwakilan pejabat dan staf dari empat satker eselon II di lingkungan Ditjen Bimas Islam serta disaksikan oleh seluruh jajaran Ditjen Bimas Islam. Pada kesempatan yang sama, Dirjen Bimas Islam menyerahkan DIPA kepada lima unit eselon II di lingkungan Ditjen Bimas Islam. (kangjeje-tom/foto:bimasislam

0 komentar:

Posting Komentar

Wujudkan Kalender Bersama, Kemenag RI Apresiasi Upaya Penyerasian Hisab


Gresik, bimasislam-- Kementerian Agama RI memberikan apresiasi kepada para ahli falak dari berbagai daerah atas upaya penyerasian hisab atau data astronomis dalam penyusunan kalender Islam. Langkah ini diperlukan untuk meminimalisir perbedaan dalam penetapan awal bulan Ramadhan dan hari raya.
Saat membuka kegiatan Penyerasian Almanak Tingkat Nasional yang digelar oleh Lajnah Falakiyah PBNU di Gresik, Kamis (9/5) malam, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H Abdul Djamil M.A. mengatakan, Kemenag juga secara periodik mengumpulkan para ahli hisab-rukyat berbagai daerah di Indonesia.
“Berbagai upaya tetap kita lakukan meskipun sampai saat ini belum ada titik temu. Kita tidak akan berputus asa,” katanya sembari menyampaikan bahwa di tingkat internasional para ahli astronomi juga belum satu kata dalam penentuan awal bulan Islam.
Menurutnya saat ini para ahli falak sudah berbesar hati untuk mencari titik persamaan dengan memunculkan kriteria imkanurrukyat atau visibilitas pengamatan. Kriteria ini menegaskan bahwa hilal hanya bisa diamati dengan syarat tertentu dan jika tidak terpenuhi, maka laporan pengamatan hilal bisa ditolak.
Di sisi lain, kriteria imkanurrukyat dalam penyusunan almanak merupakan salah satu cara untuk memangkas perbedaan dalam penentuan awal bulan. Meski tidak semua ahli falak setuju, kriteria ini merupakan salah satu alternatif titik temu antara para ahli yang berpedoman pada hisab dan rukyat.
“Kriteria imkanurrukyat itu menunjukkan bahwa ahli astronomi kita sudah semakin legowo untuk menuju pada satu kesamaan. Meski sudah seperti itu, perbedaan masih terus saja terjadi. Dan kita tidak pernah berputus asa. Berbagai upaya terus kita lakukan,” katanya.
Dalam kesempatan itu Dirjend Bimas Islam menyampaikan, sebagai bentuk komitmen Kemenag dalam mengembangkan ilmu astronomi, pihaknya juga telah merintis program studi ilmu falak di perguruan tinggi Islam baik di tingkat S1, S2 dan S3 seperti di IAIN Walisongo Semarang.
“Upaya pengembangan bidang studi ini harus dilakukan. Jika tidak, maka ahli falak akan semakin sedikit, karena memang bidang ini tidak banyak diminati,” kata Abdul Djamil.
Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Dr. H. Ahmad Izzuddin M.Ag. menambahkan, pihaknya akan memfasilitasi perwakilan tokoh dan ahli astronomi dari berbagai ormas untuk mengadakan pertemuan pada Juni 2013 nanti.
“Kita akan fasilitasi perwakilan ormas untuk menyampaikan pemikiran masing-masing dan ditindaklanjuti dengan upaya memberikan data kepada pemerintah agar bisa memberikan keputusan terbaik dalam penentuan awal bulan, terutama Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah,” katanya.
Sementara itu kegiatan Penyerasian Almanak Tingkat Nasional sendiri akan berlangsung sampai Sabtu (12/5) besok.  Kegiatan ini diikuti sedikitnya 60 ahli falak dari berbagai daerah.
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazali Masroeri mengatakan, sedikitnya ada 20 metode hisab yang berkembang di Indonesia, dan diantaranya memiliki tingkat perbedaan yang cukup signifikan. Maka perlu ada upaya yang disebut oleh Lajnah Falakiyah sebagai “penyerasian hisab”.
“Perbedaan hisab bisa menjadi persoalan. Maka kita lakukan penyerasian hisab atau hisab jama’i yang nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk almanak bersama,” kata Kiai Ghazali. (pinmas/foto:anneahira

0 komentar:

Posting Komentar

Tantangan Keluarga Sakinah di Era Digital Semakin Kompleks


Bogor, bimasislam—Tantangan Keluarga Sakinah yang dipercaya melahirkan generasi berkualitas semakin kompleks. Pendidikan dan perhatian kepada anak menjadi lebih sulit di era digital dimana anak sudah begitu akrab dengan internet, khususnya media sosial. Hal tersebut disampaikan Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Rahmi Dahlan, dalam Seminar Keluarga Sakinah dengan tema “Mengelola Dampak Media pada Anak dan Remaja”, di Club House Holcim, Bogor, Jawa Barat (2/6)
Menurut Rahmi, banyak orang tua dari keluarga yang dikenal sebagai keluarga sakinah yang diteladani masyarakat, merasa dilematis ketika harus memperkenalkan anaknya pada dunia internet. Di satu sisi, anak-anak dituntut terampil dalam mengakses teknologi dan pengetahuan yang mudah diakses dari internet,. namun dengan sebab serupa anak juga terlampau mudah terkena dampak buruk media, terutama pornografi.
Hal ini menuntut  orang tua untuk lebih cerdas dan berpacu dengan teknologi. Orang tua harus menilai ulang pola pengasuhan terhadap anak, meningkatkan kewaspadaan, merubah pola komunikasi terutama jika komunikasi orang tua terhadap anak selama ini terkesan “doktriner” kepada  komunikasi yang lebih “mengobrol” dari hati ke hati. Orang tua  juga perlu melibatkan anak dalam banyak kerjasama dalam kehidupan di keluarga.
Rahmi mengingatkan bahwa tidak sedikit anak-anak dan remaja yang berkenalan dengan teman baru di dunia maya, kemudian menjadi korban tindak kriminal. Rasa terpukul dalam hal ini akan menjadi bertambah, jika keluarga yang menjadi korban tersebut dikenal sebagai keluarga sakinah di masyarakat. Sanksi sosial dari masyarakat akan lebih keras dibanding jika hal tersebut terjadi pada keluarga lain.
Psikolog yang juga aktif sebagai trainer ini memberikan kiat untuk menjaga kesakinahan keluarga di era digital, terutama pada pendidikan anak: Orang tua jangan hanya terfokus pada prestasi akademik semata; Orang tua perlu aktif dalam menggunakan teknologi dan media; Kemunikasi dan disiplin di keluarga hendaknya dibangun dengan kasih sayang; Memperkuat “kehadiran”Allah dalam diri anak, khususnya berbicara mengenai penjagaan kesucian sampai menikah; Membangun daya berfikir kritis dalam diri anak; Memberikan konsep “harga diri” dan kehormatan; Membangun sikap mandiri namun bertanggungjawab; Jangan melupakan doa yang tidak terputus-putus untuk anak.(Ska/foto: Kompasiana)

0 komentar:

Posting Komentar

Produsen Makanan Harus Memahami Konsep Halal dalam Proses Produksi


Bogor, bimasislam—Untuk meningkatkan kualitas pemahaman tentang urgensi proses sertifikasi halal dan pelaksanaan jaminan halal di tempat produksi, BP POM menyelenggarakan Pelatihan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) dan Sistem Jaminan Halal (SJH) bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah Bogor dan sekitarnya di  Hotel Permata Bogor pada tanggal 27-28 Mei 2013. Menurut salah satu panitia, kegiatan tersebut memberikan pemahaman kepada para produsen makanan terkait dengan kriteria makanan dan minuman halal sesuai syariah Islam, serta pengenalan konsep halal, haram, syubhat, dan najis yang kerap kali di ditemukan di tempat produksi.
Kegiatan tersebut menghadirkan 50 orang peserta yang terdiri dari pelaku usaha UMKM di wilayah Bogor dan sekitarnya sebagai bentuk dari program intervensi peningkatan daya saing UMKM melalui fasilitasi sertifikasi dan labelisasi halal. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Agama dengan BPOM dalam rangka pelaksanaan bantuan sertifikasi halal bagi UMKM oleh BPOM.
Hadir sebagai salah satu nara sumber, Hj. Siti Aminah, S.Ag.,M.Pd.I, Kasubdit Produk Halal, mewakili Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menyampaikan materi terkait dengan kriteria makanan dan minuman halal sesuai syariah Islam. Menurutnya, para produsen makanan dan minuman, khususnya para karyawan harus mengerti konsep halal, haram, syubhat, dan najis ketika bekerja di tempat produksi. Karena, tandasnya, masalah-masalah tersebut sering menjadi titik rawan dalam penjaminan halalnya sebuah produk.
Selain itu, Aminah juga meminta perhatian kepada produsen agar memperhatikan sarana dan prasarana ibadah bagi karyawan di tempat produksi agar karyawan dapat melaksanakan kewajiban ibadah agama dengan baik. Tentu, ujar aktivis Dharma Wanita Bimas Islam ini melanjutkan, para karyawan penting mendapatkan siraman ruhani di tempat produksi secara berkala.
Nara sumber lain yang mengisi kegiatan tersebut adalah dari BPOM dan LPPOM MUI, khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan sertifikasi halal dan system jaminan halal di Indonesia.
Berdasarkan pantauan bimasisilam, kegiatan tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi pelaku usaha mengenai urgensi proses sertifikasi halal dan pelaksanaan jaminan halal di tempat produksi sebagai suatu proses yang dapat lebih mengembangkan produk yang dihasilkan oleh UMKM. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah terpilihnya 20 pelaku usaha dari 50 pelaku usaha yang mengikuti pelatihan memperoleh bantuan sertifikasi halal, sehingga pengurusan sertifikat halal yang diajukan tanpa dikenai biaya apapun. (SA/foto:bimasislam)

0 komentar:

Posting Komentar

DATA CATATAN NIKAH KELURAHAN GENUK


0 komentar:

Posting Komentar

DATA PERISTIWA NIKAH KELURAHAN KALISIDI


0 komentar:

Posting Komentar

DATA PERISTIWA NIKAH KELURAHAN LEYANGAN


0 komentar:

Posting Komentar

DATA CATATAN PERNIKAHAN KELURAHAN NYATNYONO


0 komentar:

Posting Komentar

Betapa Indahnya Berumah Tangga


Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukan apa-apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendak berpisah. Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnya selalu saja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri". Aih...

Menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik itu yang saya baca dalam sebuah buku pernikahan. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang di sukai Nabi. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Allah hanya menyebut nabi-nabi yang menikah dalam kitab-Nya. Hal ini menunjukkan betapa Allah menunjukkan keutamaan pernikahan. Dalam firmannya, "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berfikir." (QS. Ar-Rum: 21).

Menikah itu Subhanallah indah, kata Almarhum ayah saya dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Beliau mengibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yang terhidang selalu saja disantap lezat. Mendung di langit bukan masalah besar. Seolah dunia milik mereka saja, mengapa? karena semuanya dinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru saja disusun.

Namun sayang tambahnya, semua itu lambat laun menguap ke angkasa membumbung atau raib ditelan dalamnya bumi. Entahlah saat itu cinta mereka berpendar ke mana. Seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga. Banyak dari pasangan yang akhirnya tidak sampai ke tujuan, tak terhitung pasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjutnya perahu mereka karam sebelum sempat berlabuh di tepian. Bercerai, sebuah amalan yang diperbolehkan tapi sangat dibenci Allah.

Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami istri, sungguh itu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. Dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi dan membimbingnya sepenuh hati. Lanjutnya kemudian.

Saya jadi ingat, saat itu seorang istri memarahi suaminya habis-habisan, saya yang berada di sana merasa iba melihat sang suami yang terdiam. Padahal ia baru saja pulang kantor, peluh masih membasah, kesegaran pada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah. Hanya karena masalah kecil, emosi istri meledak begitu hebat. Saya kira akan terjadi "perang" hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang. Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sun sayang penuh mesra di kening sang istri. Istrinya yang sedang berapi-api pun padam, senyum malu-malunya mengembang kemudian dan merdu uaranya bertutur "Maafkan Mama ya Pa..". Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening, rutinitasnya setiap kali suaminya datang.

Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada sang suami kenapa ia berbuat demikian. "Saya mencintainya, karena ia istri yang dianugerahkan Allah, karena ia ibu dari anak-anak. Yah karena saya mencintainya" demikian jawabannya.

Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cinta mempunyai tanda-tanda. Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka. 
Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior. 
Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mau berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisik berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung. Ada do'a istrinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh sukses dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari istri kepada Allahi supaya suami selalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istri tercinta, sedang apakah gerangan Istrinya, lebih semangatlah ia.

Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkan lagi sebuah hadist nabi. Ada baiknya para istri dan suami menyelami bulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad. Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhir kehidupannya dalam peristiwa haji wada': 

"Barang siapa -diantara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa -diantara para istri- bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, istri fir'aun" (HR Nasa-iy dan Ibnu Majah ).

Kepada saudaraku yang baru saja menggenapkan setengah dien, Tak ada salahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama mencicipi asam garamnya pernikahan, Patrikan firman Allah dalam ingatan : "...Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah:187)

Torehkan hadist ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya" (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a)

Kepada sahabat yang baru saja membingkai sebuah keluarga, Kepada para pasutri yang usia rumah tangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlah ketika suami mengharapkan istri berperilaku seperti Khadijah istri Nabi, maka suami juga harus meniru perlakukan Nabi Muhammad kepada para Istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Perempuan yang paling mempesona adalah istri yang shalehah, istri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatannya. Istri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridha suami.

Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istrinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah istrinya. Suami yang menjadi qawwam istrinya. Suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Surga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)

Akhirya, semuanya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. Semua berlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan.Meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang dikayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. Karakter suami istri demikian, Insya Allah dapat melaluinya dengan hasil baik. Sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah. Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera dengan bekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran,

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan 
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman

Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. 

Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian.
Allahumma Aamiin.

Barakallahu, untuk para pengantin muda. Mudah-mudahan saya mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan jika giliran saya tiba, tak perlu lagi saya bertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah senyum. Karena mungkin saya sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

UKP4 Dorong Peningkatan Kualitas Layanan Publik KUA


Jakarta, bimasislam—Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan public pemerintah terhadap masyarakat, UKP4 mendorong kepada semua Kementerian/Lembaga agar meningkatkan kualitas layanan publik pada masing-masing unit. Di lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, yang menjadi focus peningkatan layanan public adalah pelayanan pernikahan di KUA. Bentuk support UKP4 berupa pengisian table laporan berkala untuk rencana aksi dengan model B.06 dan B.12 pada Open Government Indonesia (OGI) Tahun 2013. Demikian salah satu pesan dalam rapat koordinasi antara PINMAS dengan unit eselon I Ditjen Bimas Islam, dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah di Jakarta (25/5).
Dalam rapat tersebut dipimpin oleh Achmad Ghufron, Kepala Bidang TIK, dengan peserta Nur Endrayanto (Kasubid MIE), Irfan Sembiring (Pelaksana Pinmas), Chilyati (Biro Ortala, Thobib Al-Asyhar (Kasubag Sistem Informasi Bimas Islam), dan Hastoto Aji (Pelaksana pada Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Bimas Islam).
Setiap unit yang ditunjuk diminta agar menyiapkan laporan terkait dengan perkembangan layanan publik. Untuk Ditjen Bimas Islam, sistem pengisian table dilakukan dengan melampirkan perkembangan layanan publik pada pelayanan nikah di KUA, yang berisi terkait dengan desain poster layanan informasi pernikahan dan desain pengaduan di KUA. Demikian dikatakan oleh Achmad Ghufron mewakili Kapus Pinmas. Pengisian table akan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali. (bieb/foto:bimasislam)

0 komentar:

Posting Komentar